Senin, 26 Desember 2011

Jika Pria Harus Jatuh Cinta

jatuh cinta pada seorang wanita, mungkin semua pria pernah mengalaminya. Rasanya hampir tak terkatakan. Ada kalanya cinta itu membahagiakan, tapi tak jarang juga menyakitkan.Imam Ibnul Qayyim membagi cinta kepada wanita ini dalam tiga bentuk.

  1. Mencintai wanita dengan maksud ketaatan dan taqarrub kepada Allah.
    Ini merupakan cinta kepada istri.Merupakan cinta yang bermanfaat dan dapat mengantarkan kepada tujuan yang disyariatkan Allah dan pernikahan, dapat menahan pandangan mata dan hati untuk melirik wanita selain istrinya. Orang yang mencintai semacam ini dipuji di sisi Allah dan di tengah manusia.

  2. Cinta yang dibenci Allah dan menjauhkan dari rahmatNya.
    Cinta yang hanya memperturutkan hawa nafsu. Demi cinta ini,seorang hamba mau melanggar syariat Allah.Cinta ini merupakan yang paling berbahaya bagi hamba, yang dapat mengancam agama dan dunianya. Siapa yang memiliki cinta ini, dia hina di hadapan Allah, dia orang yang hatinya paling jauh dari Allah, dan cinta ini merupakan tabir penghalang antara dirinya dengan Allah. Untuk mengobati nya adalah dengan memohon pertolongan kepada Allah yang membolak balikkan hati, bersungguh sungguh untuk kembali kepadahNya. Sibuk mengingatNya,menyibukkan diri dan mengganti cinta itu dengan cinta hanya padaNya. Memikirkan derita dan sengsara yang akan dialami lantaran cinta itu, dan menggambarkan keindahan sebenarnya dengan melupakan cinta itu.
  3. Cinta yang mubah.
    Cinta yang tiba tiba datang,seperti mencintai wanita cantik yang dilihat dengan tak sengaja, lalu hati pun tertambat padanya. Tapi cinta ini tak sampai menjerumuskan dirinya hingga melakukan maksiat dan kedurhakaan (seperti berhubungan atau berpacaran dengan wanita itu).Yang ini tak menimbulkan siksaan. Yang paling bermanfaat adalah membuang jauh jauh cinta ini dan menyibukkan diri dengan hal yang lebih bermanfaat. Dan juga harus menyembunyi kan perasaannya, menjaga kehormatan dirinya, dan sabar dalam menghadapi ujian cinta ini. Sehingga dengannya Allah memberinya pahala. Yang mesti dilakukan adalah mengganti cintanya itu dengan kesabaran karena Allah, tidak patuh pada bisikan nafsu dan lebih mementingkan keridhaan Allah dan apa yang ada di sisiNya.

Dari tiga bentuk cinta di atas, dapat dipahami bahwa seandainya bara cinta itu yang lahir karena keindahan wajah seorang wanita mampu dipendam (bahkan diredam), dan tidak melanjutkannya pada tahapan yang melanggar syariat (seperti pacaran), kemudian bersabar dan memohon ketabahan kepada Allah, dan lebih memilih keridhaan Allah walau harus bertarung dengan perasaan sendiri, maka ini yang dibolehkan. Dan satu hal yang tak boleh terlupakan bagi seorang muslim, bahwa Allah tak mungkin menyia nyiakan hambaNya yang lebih memilih cinta dan kasih sayanghNya, meski harus merelakan sang kekasih menjadi milik orang lain. Mungkin dengan ujian cinta dan sikap kita yang seperti itu (lebih memilih keridhaan Allah), Allah ingin kita menjadi hamba pilihan yang kelak akan merasakan indahnya bersanding dengan bidadari nan menawan di jannahhNya.

Andaikan memilih bentuk cinta kedua, maka ini yang disebutkan Imam Ibnul Qayy im, bahwa permulaannya suatu yang ringan dan manis. Pertengahannya kekhawatiran, kesibukan hati dan siksaan. Dan kesudahannya adalah kebinasaan dan kematian.

Adapun bentuk cinta yang ketiga, maka obatnya hanya dua. Pertama berpuasa dan menyibukkan diri pada hal yang mampu menjauhkan pikiran ke arah "sana", dan jika puasa sudah tak bisa untuk meredam gejolak cinta itu, maka tak ada jalan lain lagi selain menikah."Menikah dengan wanita yang dicintai merupakan obat cinta yang paling mujarab, yang dijadikan Allah sebagai penawar yang sejalan dengan ketetapan syariat," demikian Ibnul Qayyim meyakinkan.

Cinta Tertinggi Hanya untuk Allah dan Rasul-Nya
Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga perkara apabila terdapat pada diri seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman. Ia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, ia mencintai seseorang hanya karena Allah, ia sangat benci kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam api." (Riwayat AlhBukhari dan Muslim)
Karena itu, jika kita mencintai seseorang, usahakan jangan sampai melebihi cinta kita pada Allah dan Rasul hNya, agar cinta kita tidak menggelincirkan diri kita dalam Dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar